Tiwikrama , yang secara harfiah berarti "suara di antara dua dunia" dalam bahasa Sanskerta-Jawa Kuno, adalah genre musik yang lahir dari upaya melestarikan kekayaan budaya lokal sambil merangkul teknologi musik kontemporer. Berkembang sekitar awal 2000-an, Tiwikrama populer di kalangan komunitas seni Yogyakarta dan Bali, dua daerah yang kental dengan tradisi spiritual dan ritual.
Ciri Khas
Intrumen Tradisional dengan Sentuhan Digital : Tiwikrama
menggabungkan alat musik seperti gamelan , rebana , dan suling dengan
synthesizer, loop elektronik, dan efek suara.
Nuansa Meditatif : Lagu-lagunya sering kali berirama lambat,
bertempo rendah, dan mengandalkan repetisi motif untuk menciptakan atmosfer
trance.
Lirikalisme Filosofis : Lirik lagu Tiwikrama banyak
terinspirasi dari sastra Jawa Kuno, mantra, atau filosofi hidup seperti Tri
Hita Karana (tiga penyebab kesejahteraan) dalam Hindu Bali.
Pionir dan Karya Ikonis
Kelompok musik seperti Sekar Jagad dan Darma Pralaya menjadi
pelopor genre ini. Album Surya Kanta (2007) karya Sekar Jagad dianggap sebagai
karya paling ikonik, menggabungkan nyanyian kidungan Jawa dengan latar musik
ambient.
K.O.I (Kolektif Orkestra Inovatif): Rock Progresif yang Berani Tampil Beda
Jika Tiwikrama bercerita tentang harmoni spiritual, K.O.I
adalah manifestasi energi muda yang penuh gejolak. Grup musik yang berdiri
tahun 2010 ini dikenal dengan gaya progressive rock yang dipadukan dengan
elemen jazz, funk, dan musik etnik.
Eksperimen yang Mengguncang Norma
Struktur Lagu Non-Linier : K.O.I sering memainkan perubahan
tempo dan skala yang kompleks, seperti lagu Mimpi di Atas Awan yang berdurasi
12 menit dengan 5 bagian berbeda.
Penggunaan Alat Musik Nusantara : Mereka tidak ragu
memasukkan angklung , tifa , atau bonang dalam komposisi rock.
Lirik Sosial dan Revolusioner : Lagu-lagu K.O.I kerap
menyentil isu lingkungan, ketimpangan sosial, hingga kritik terhadap budaya
konsumtif.
Album dan Penghargaan
Album Bumi Langkah (2015) mendapat penghargaan sebagai
"Album Terbaik Piala Maya" dalam kategori Rock Alternatif. Single Api
di Selatan menjadi anthem gerakan lingkungan hidup di Sulawesi.
Dampak Budaya dan Komunitas
Baik Tiwikrama maupun K.O.I, keduanya memiliki dampak
signifikan:
Pelestarian Budaya : Mereka membuktikan bahwa alat musik tradisional bisa relevan di era digital.
Menginspirasi Generasi Muda : Banyak musisi muda Indonesia
mulai mengeksplorasi akar budaya dalam karya mereka.
Festival dan Kolaborasi : Kedua genre ini sering menjadi
sorotan di festival musik indie seperti Java Jazz Festival atau Bogor Indie
Fest .
Tantangan dan Prospek
Sayangnya, Tiwikrama dan K.O.I masih dianggap
"niche" oleh industri musik arus utama. Minimnya promosi dan
kurangnya pemahaman publik tentang genre ini menjadi hambatan. Namun, dengan
maraknya platform digital seperti Spotify dan YouTube, keduanya mulai
menjangkau audiens global.